Cangkringan – Sampah plastik hingga kini masih menjadi permasalahan lingkungan yang tak habis diperbincangkan. Hampir setiap hari kita membuang sampah plastik. Plastik memerlukan waktu yang lama untuk bisa terurai. Gerakan untuk mendaurulang sampah plastik menjadi barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan bahkan bernilai ekonomis harus digalakkan sejak dini.
Salah industri rumahan daur ulang limbah plastik dapat ditemukan di Kabupaten Boyolali, salah satunya di dukuh Cangkringan,Desa Cangkringan RT15, RW 4 yang dikelola Tunari . Tunari kini telah berumur 69 tahun. Tunari telah memulai usaha ini enam tahun yang lalu.
Awal mula Tunari memulai usaha membuat tas plastik karena diajari oleh kerabatnya. “Dulu ada kerabat yang datang ke rumah saya,terus ngajari nganyam. Dulu saya petani, karena saya sudah tua, kondisi fisik menurun, maka saya nganyam tas sambil memelihara kambing,” Ujar Tunari. Tunari menambahkan, dirinya menganyam plastik dari siang sampai sore.
Tunari menggunakan bahan baku limbah plastik yang berasal dari beberapa pabrik di wilayah Boyolali. Tuari membeli satu kuintal limbah plastik seharga lima ratus ribu rupiah.
Dalam membuat tas plastik,Tunari dalam sehari mampu membuat 3 sampai 4 tasdengan dibantu istrinya. Untuk prosesnya, awalnya limbah plastik dianyam,lalu dimasukkan ke dalam cetakan,kemudian dianyam sampai selesai.
Untuk pemasarannya tas plastik buatan Tunari diapajang di warung kelontong miliknya serta diambil olehseorang pengepul dari Desa Bangak. “Dulu banyak yang mengambil tas saya, lama-kelamaan berkurang dan akhirnya tinggal orang bangak itu saja.Oleh orang bangak itu, tas plastik saya dipasarkan ke Magelang,” Ucap Tunari. Tunari menjualtas ukuran kecil seharga delapan ribu rupiah dan sepuluh ribu rupiah untuk tas berukuran besar.
Dalam sehari Tunari mampu mendapatkan keuntungan bersih lima belas ribu rupiah. Tunari mengaku tas buatannya pernah dibeli oleh rombongan dibeli turis asing yang berkunjung ke Boyolali.
Keunggulan tas plastik buatan Tunari ialah bahannya kuat dan tidak mudah sobek, serta praktis untuk tempat wadah berbagai kebutuhan. Selain itu, coraknya yang warna-warni cocok untuk oleh-oleh.
Kendala yang dihadapi Tunari adalah mahalnya limbah plastik dan semakin minimya pembeli tas buatannya.Tunari juga mengkhawatirkan regenerasi pengrajin tas plastik karena semakin berkurangnya minat untuk menjadi pengrajin tas plastik.